MEDAN - Rumah Adat Batak Karo adalah salah satu rumah adat Sumatera Utara yang cukup menarik. Rumah adat ini juga dikenal sebagai rumah adat “Siwaluh Jabu”.
Siwaluh Jabu adalah sebuah rumah yang ditinggali oleh delapan keluarga, di mana masing-masing keluarga memiliki peran sendiri.
Menariknya, rumah Adat Batak Karo berbeda dengan rumah adat suku lainnya. Memiliki bentuk yang sangat megah dan bertanduk, proses pendirian rumah sampai kehidupan dalam rumah adat juga diatur oleh adat Karo.
BACA JUGA:
Arsitektur Rumah Adat Suku Karo Sumatera Utara
Dilansir dari laman Kemendikbud, bangunan tradisional Batak Karo memperlihatkan jika telah menggunkan konsep membangun yang menyesuaikan diri dengan iklim tropis lembap. Hal tersebut dapat dilihat dari sudut kemiringan atap yang cukup besar, teritisan yang lebar dan lantai bangunan yang diangkat dari muka tanah.
Rumah adat Karo juga terkenal kerena keunikan teknik bangunan dan nilai sosial budaya di dalamnya.
Menariknya, Rumah Adat Karo memiliki kontruksi yang tidak memerlukan penyambungan. Hal tersebut dapat dilihat dari semua kompenen bangunan seperti tiang, balok, kolam, pemikul lantai, konsol, dan lain-lain tetap utuh tanpa adanya melakukan penyurutan atau pengolahan.
Pertemuan antar komponen dalam pembangunan Rumah Adat Karo dilakukan dengan tembusan kemudian dipantek dengan pasak atau diikat menyilang menggunakan ijuk untuk menjauhkan rayapan ular.
Pada Bagian bawah Rumah Adat Karo, yaitu kaki rumah, bertopang pada satu landasan batu kali yang ditanam dengan kedalam setengah meter, dan dialasi dengan beberapa lembar sirih dan benda sejenis besi.
Rumah adat karo memiliki bentuk panggung dengan dinding miring dan beratap ijuk, yang letaknya memanjang 10-20 m dari timur ke barat dengan pintu pada kedua jurusan mata angin itu.
Kemudian, posisi bangunan rumah adat karo biasanya mengikuti aliran sungai yang ada di sekitar lokasi. Terdapat “ture” pada serambi muka semacam teras dari bambu yang disusun .
Untuk membangun Rumah Adat Karo, akan diadakan musyawarah dengan teman satu rumah mengenai ukuran, tempat dan hal hal lain. Kemudian ketika membersihkan dan meratakan tanah akan ditentukan oleh guru (dukun) untuk mendapatkan hari yang baik.
Bahkan ketika akan menggambil kayu ke hutan, akan ditanyakan hari yang baik untuk menebang pohon kepada guru. Sebelum menebang kayu, guru juga akan memberi persembahan penjaga hutan agar tidak murka kepada mereka karena kayu itu dipakai untuk membangun rumah.
Kemudian dalam proses pembangunan (mulai dari peletakan alas rumah) selalu ada ritual yang bertujuan agar pembangunan rumah diberkati oleh Yang Maha Kuasa agar tidak terjadi hal hal yang buruk.
Selain Rumah Adat Sumatera Utara, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!