MEDAN - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi diharapkan tidak terjebak dalam polemik seputar dunia olahraga dan tetap fokus serta konsentrasi menyukseskan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang akan digelar di Sumut dan Aceh.
Hal itu disampaikan pengamat sosial politik Shohibul Anshor Siregar kepada wartawan, Senin (3/1), terkait polemik yang terjadi seputar dunia olahraga di Sumut.
Menurut dia semua pihak punya persepsi berbeda terhadap dinamika yang terjadi. Termasuk jika satu persoalan kemudian dibawa ke ranah hukum, tidak masalah.
BACA JUGA:
“Tetapi saya ingin bergerak melangkah dari situ, dan tidak ingin berlama-lama. Saya ingin memberi pesan kepada Sumatera Utara untuk melihat beberapa hal yang harus kita tandai sebagai legacy (peninggalan/warisan) yang nanti terkait nama seseorang untuk dikenang oleh masyarakat di masa depan, saat jabatannya berakhir,” ujar Shohibul dilansir dari Antara, Selasa 4 Januari.
Sejarah mencatatkan Indonesia punya pengalaman masuk Piala Dunia pada 1938 dan 1957 (Kualifikasi Piala Dunia 1958) yang didiskualifikasi karena menolak bertanding melawan Israel sebagai sikap politik negara saat itu. Sehingga situasi itu, menjadikan negara ini memiliki gengsi tersendiri di bidang olahraga, termasuk cabang olahraga lainnya yang mendunia.
Prestasi Sumut Bangun Stadion Teladan Medan di Masa Lalu
Catatan kedua, lanjut dosen yang akrab disapa Bang Shohib ini, adalah dua nama Gubernur Sumut terdahulu yakni Abdul Hakim (1951-1953) yang berhasil membangun Stadion Teladan Medan dan kemudian membawa PON III di tahun 50’-an. Bahkan setelahnya, belum ada fasilitas yang serupa dan sebanding dengan itu.
“Sekarang ini 2022 kita siap-siap menerima kembali penyelenggaraan PON bersama Provinsi Aceh. Bayangkan berapa lama jaraknya (waktunya). Artinya kita punya reputasi bagus, rekam jejak yang luar biasa,” jelas Shohib.
Berikutnya, ada nama Marah Halim Harahap (Gubernur Sumut Periode 1967-1978) sebagai tokoh sepak bola. Membuat turnamen dengan namanya, dan itu masih tercatat sebagai sejarah yang patut dibanggakan Sumut.
“Sekarang Edy Rahmayadi sedang membuat sport centre. Kita berharap itu bisa memfasilitasi kegiatan olahraga yang akan berlangsung di Sumut dan Aceh (PON XXI/2024). Tentu dia akan berpikir ke arah sana. Pertama fasilitas yang menjadi representasi dari semua yang bisa mewadahi pelaksanaan PON,” tambahnya.
Dari momentum yang akan datang itu, Shohib melihat perlu ada potensi yang digenjot agar Sumut bisa menorehkan prestasi membanggakan di PON mendatang, terlebih sebagai juara. Sehingga persiapannya harus dimulai sejak awal dan waktunya tidak begitu lama lagi.
“Karena itu harus ada perhatian, bukan hanya soal anggaran. Tetapi keseriusan untuk itu. Ini yang harus menjadi pertimbangan, daripada ribut sana-sini, mari kita memberikan usul dan saran kepada gubernur, bagaimana supaya olahraga kita memberikan catatan yang baik dalam sejarah kita (Sumut),” sebutnya lagi.
Sedangkan terkait pengaduan seorang pelaku olahraga ke ranah hukum yang melibatkan Gubernur Sumut, menurut Shohibul hal itu tidak perlu menjadikan Edy Rahmayadi terganggu. Sebab tugas kepala daerah, kewenangan, tanggung jawab dan kewajiban adalah bagaimana memberikan yang terbaik bagi provinsi ini di sepanjang kepemimpinannya.
“Kalaupun ada yang membawa persoalan dinamika ini ke ranah hukum, silakan. Jangan terganggu dengan itu. Irama (program pembangunan olahraga) besar ini harus jalan terus, jangan terganggu konsentrasi, tugasmu besar, tugasmu memiliki sejarah. Jika Abdul Hakim dan Marah Halim bisa mengukir legacy, mengapa seorang mantan Ketua Umum PSSI tidak bisa membuat lagi di daerahnya. Saya mendorong dan menantang dia (Edy) membuat catatan yang baik,” tukas Shohibul.
Selain PON 2024 Digelar di Sumut, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!