Mengenal Pemimpin NICA van Mook yang Lahir di Semarang
Pendiri NICA, Hubertus Johannes van Mook, kelahirannya menjadi bagian dari sejarah hari ini 30 Mei 1894 di Indonesia. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

MEDAN - 128 tahun yang lalu, tepatnya 30 Mei 1894, pemimpin Netherland Indies Civil Administration (NICA), Hubertus Johannes van Mook lahir di Semarang, Jawa Tengah. Ia tumbuh sebagai generasi terpelajar. Segala kepentingan Belanda di tanah Hindia dipelajari.

Dengan karier politiknya mentereng. Dari anggota Dewan Rakyat: Volksraad (kini: semacam anggota DPR), hingga Letnan Gubenur Jenderal Hindia-Belanda. Setelahnya, ia kabur ke Australia dan memimpin NICA untuk menguasai Nusantara kali kedua.

Perlu diketahui, Hindia adalah negeri menjanjikan bagi segenap orang Belanda. Segala macam lapangan pekerjaan banyak tersedia bagi orang kulit putih. Karenanya, negeri jajahan Belanda itu dapat menjadi jalan pintas mereka untuk meraih kehormatan dan kekayaan. Orang tua Van Mook pun begitu. Sehabis menikah, kedua orang tuanya langsung bertandang ke Hindia.

Hindia Belanda adalah ladang mencari uang kulit putih

Di Nusantara, kedua orang tuanya memiliki karier yang baik. Pun kemudian buah cintanya lahir. Van Mook namanya. Kehadiran Van Mook begitu dinanti. Orang tuanya pun mempersiapkan pendidikan terbaik untuk sang anak. Baik di Indonesia maupun Belanda. Van Mook pun tumbuh jadi insan cerdas dan skeptis.

Ia pun memilih Hindia-Belanda sebagai tempat berkarir. Berbagai jabatan pernah dirasakannya. Ia pernah menjabat sebagai Asisten Residen di Batavia. Kemudian, ia terpilih sebagai anggota Volksraad pada 1931. Karier mentereng itu tak lantas membuat Van Mook berpuas diri.

Ia yang naik pangkat menjadi Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda terus menunjukkan gagasan-gagasan briliannya. Utamanya dalam membangun Nusantara. Ia pun ingin supaya Hindia-Belanda segera mandiri. Alias supaya Hindia dapat secara perlahan lepas dari asuhan Belanda. Sayang, rencana itu cuma impian Belaka. Impian Van Mook pupus lantaran Jepang dengan cepat menguasai Indonesia pada 1942.

“Pendeknya, jauh dalam lubuk hati, Hubertus van Mook seorang otokrat. Ia melihat dan mengakui realitas nasionalisme Indonesia, tetapi sekaligus menganggap bahwa pribumi belum mampu menampilkan pemimpin yang cukup jumlahnya untuk memerintah dengan baik wilayah yang begitu luas dengan penduduk begitu banyak (70 juta orang). Oleh karena itu, ia merasa diri mampu memegang tapuk pimpinan dalam keadaan seperti itu.”

“Syaratnya, ia diberi kewenangan yang besar. Ini berarti Hindia-Belanda harus bebas dari kekuasaan tertinggi di Nederland.Keyakinannya itu konon diperkuat oleh pengalamannya sebagai Direktur Departemen Urusan Ekonomi Hindia-Belanda. Dalam jabatan ini ia memang praktis dibiarkan menentukan sendiri segalanya. Gubernur Jenderal Tjarda mungkin menilai tokoh ini memiliki keahlian yang layak diberi kebebasan seperti itu,” ungkap P. Swantoro dalam buku Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu (2016).

Namun, nyali Van Mook tak seperti bosnya, Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda itu berani pasang badan untuk menyerahkan diri dan kekuasaannya kepada Jepang.

Van Mook yang notabene letnan gubernur sebaliknya. Ia memilih melarikan diri ke Australia pada 1942. Di Australia ia pun memimpin NICA. Sebuah pemerintah sipil yang bertujuan untuk menguasai Hindia-Belanda kembali. Ambisi itu terlihat ketika Jepang menyerah kepada sekutu.

Van Mook mulai melancar aksi untuk mengusai Indonesia sehabis Indonesianya merdeka. Namun, tak berjalan mulus. Van Mook dikalahkan oleh semangat pejuang Indonesia yang mempertahankan kemerdekaan.

“Di samping mereka, ada orang-orang yang dibawa oleh Belanda dari Indonesia karena ketika Jepang datang, orang Belanda kabur ke selatan ke Australia-dan mereka tidak bisa pergi ke mana-mana. Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang, jadi Gubernur Belanda ditahan dan banyak orang Belanda di Indonesia dijadikan tawanan perang di kamp-kamp di Jawa dan tempat-tempat lain.”

“Namun, sementara orang Belanda berhasil sampai ke Australia, van Mook, Letnan Jenderal Gubernur, dan van der Plas sebagai contoh, cukup banyak orang, bukan hanya pejabat-pejabat Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda di pengasingan yang resmi mendapat suaka di Aüstralia,” tutup Molly Bondan sebagaimana ditulis Joan Hardjono dkk dalam buku Molly Bondan: In Love with A Nation (1995).

Kelahiran Gubernur Jenderal Belanda dan pendiri NICA, Hubertus Johanes van Mook menjadi catatan sejarah hari ini, 30 Mei 1894 di Indonesia.

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Sejarah Hari Ini, 30 Mei 1894: Kelahiran Pemimpin NICA Hubertus Johannes van Mook

Selain Pemimpin NICA, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Sumut, Berita Sumatera Utara Terkini!