Terlihat Sukses, Berikut Ini Sisi Gelap Perusahaan Amazon
Jeff Bezos dalam New Shepard (Instagram/@blueorigin)

Bagikan:

MEDAN - Pada November 2020, New York Post membuat laporan tentang jaringan mata-mata yang dimiliki Amazon untuk memantau tenaga kerjanya di seluruh dunia. Jaringan spionase itu juga mengawasi ancaman bisnis Amazon.

Tenaga mata-mata itu direkrut Amazon dari pihak ketiga, termasuk agen-agen dari Pinkerton, sebuah biro mata-mata swasta yang juga penyedia tenaga keamanan di Amerika Serikat (AS). Pengawasan ketat diberlakukan di Eropa.

Hal itu terungkap dari dokumen yang dipelajari New York Post. Dokumen itu juga menyebut agenda spionase sebagian besar ditujukan untuk memastikan para karyawan tetap sejalan dengan visi perusahaan.

Masalah spionase ini jadi salah satu yang disoroti Amnesty International. Selain spionase, Amnesty International juga mencatat masalah lain. Salah satunya agar Jeff Bezos mengizinkan karyawan Amazon berserikat.

Karyawan Mendapat Larangan berserikat

Kebebasan berserikat bagi karyawan Amazon adalah tuntutan lama. Namun Jeff Bezos tampaknya amat membenci itu. Manajemen Amazon konsisten pembentukan serikat buruh adalah hal yang tak akan pernah ditoleransi.

Amazon diketahui kerap memecat pekerja yang berupaya membentuk serikat. Pada Januari tahun 2001 Amazon menutup divisi call center di Seattle karena kuatnya tuntutan soal pembentukan serikat buruh.

Yang terbaru, awal 2020, Christian Smalls, seorang pekerja gudang dipecat karena memimpin aksi mogok di Staten Island. Serikat pekerja di Amazon sebenarnya telah dibentuk di Jerman. Tapi perusahaan menganggapnya ilegal.

Kesejahteraan karyawan Kurang

Amazon diketahui kerap menerapkan aturan yang kontra dengan kesejahteraan karyawan. Karyawan yang membawa kendaraan pribadi ke tempat kerja dikenakan biaya parkir.

Di bagian gudang, karyawan Amazon dikenakan sistem poin. Jika karyawan telat masuk kerja, mereka diganjar setengah poin. Ketika karyawan absen, meski dengan alasan sakit, mereka akan diganjar tiga poin.

Selain itu, pekerja yang performanya tak sesuai ekspektasi akan diganjar sejumlah poin sesuai kriteria-kriteria tertentu. Dan jika seorang karyawan sudah mencatat enam poin, Amazon tak segan main pecat.

Karyawan gudang adalah yang paling krusial bagi Amazon. Brad Stone, dalam The Everything Store: Jeff Bezos and the Age of Amazon (2013) menjelaskan, meski berlabel perusahaan high tech, sisi krusial Amazon ada di gudang.

Karyawan gudang bertanggung jawab memastikan ketersediaan produk, memproses pesanan, hingga mengurus macam-macam persoalan administratif. Meski begitu para pekerja gudang dibayar murah.

Rata-rata dari mereka diupah 10-12 dolar AS per jam tanpa asuransi kesehatan. "Hanya 10 hingga 15 persen dari keseluruhan pekerja gudang yang berstatus karyawan tetap," dijelaskan dalam buku tulisan Stone.

Pada 2020 lalu Amazon juga kedapatan menyembunyikan 19.816 karyawan yang terpapar virus corona. Hal itu terungkap sesuai pengakuan perusahaan setelah tekanan deras. Angka itu pun diyakini jauh lebih kecil dari kenyataan.

Amazon Tolak naikkan upah pekerja

Amazon tak seperti banyak perusahaan bidang lain di dunia yang terdampak pandemi. Mereka justru meraup untung besar. Orang-orang terpaksa menggunakan teknologi untuk hidup, terutama berbelanja. Para karyawan dan pelanggan nampaknya benar-benar membiayai penerbangan Jeff Bezos.

Dikutip dari BBC, April 2021, pendapatan Amazon naik dari 75 miliar dolar AS menjadi 108,5 miliar dolar AS untuk tiga bulan terakhir, ditutup Maret 2021. Kenaikan pendapatan itu berasal dari banyak aspek yang dimainkan Amazon.

Selain sebagai e-commerce, raksasa teknologi juga berkembang masif dalam pasar video streaming. Diperkirakan keuntungan Amazon akan terus berlanjut dalam bulan-bulan ke depan. Meski begitu Amazon dikenal irit gaji karyawan.

Di 2020, 400 politikus AS mendesak Amazon menaikkan upah karyawan. Rerata gaji karyawan Amazon dinilai terlalu kecil. Perusahaan dianggap mampu menggaji lebih besar untuk mendongkrak pendapatan pajak negara.

Namun Jeff Bezos sempat menolak. Keadaan terus berkembang sejak itu. Jeff Bezos yang kini telah mundur dari posisi CEO Amazon dikabarkan mulai gerah dengan kritikan para politikus. Ia menunjukkan ketidakpuasan pada kerja eksekutif Amazon dalam menanggapi kritikan yang ia sebut sesat dan palsu.

 

Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Sisi Gelap Penerbangan Jeff Bezos ke Ruang Angkasa

Selain Sisi Gelap Perusahaan Amazon, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!