MEDAN - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto akan kembali diusung oleh Partai Gerindra menjadi calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang. Dengan demikian, sudah tiga kali Prabowo bertarung dalam kontestasi capres.
Akan tetapi, meskipun elektabilitas Prabowo menduduki peringkat pertama pada banyak lembaga survei, namun yang menjadi perhatian adalah dukungan rakyat disebut sudah merosot.
BACA JUGA:
Prabowo diprediksi akan gagal kembali menjadi presiden RI
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai akar rumput yang pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu begitu militan mendukung Prabowo, tampaknya sudah banyak yang meninggalkannya. Para pendukung militannya ini, menurutnya, sangat kecewa dengan masuknya Prabowo ke kabinet Jokowi.
"Para emak-emak yang dengan tulus mendukung Prabowo, kini tampaknya sudah patah arang. Mereka sudah tidak lagi menghendaki Prabowo, padahal jumlah mereka ini sangat besar," ujar Jamiluddin dalam keterangan yang diterima VOI, Selasa, 12 Oktober.
Diperkirakan, kata Jamiluddin, menurunnya elektabilitas Prabowo sebagian besar berasal dari relawan akar rumput tersebut. Hal ini tentu akan mempengaruhi peluang Prabowo memenangkan Pilpres 2024.
"Meskipun Prabowo kemungkinan berhasil diusung pada Pilpres 2024, namun peluang menang tampaknya kecil. Prabowo telah kehilangan orang-orang militan yang selama ini ikhlas menjadi relawannya. Kader Gerindra tampaknya tak cukup militan untuk mengantarkan Prabowo menjadi presiden," kata Jamiluddin.
Disisi lain, Jamiluddin mengatakan, diusungnya kembali Prabowo menjadi capres memang masuk akal. Pasalnya, dalam berbagai survei kerap memperoleh elektabilitas tertinggi dibandingkan tokoh lainnya.
Partai Gerindra juga memiliki suara terbesar kedua pada Pileg 2019, sehingga sangat layak mengusung Prabowo untuk bertarung pada Pilpres 2024.
"Masalahnya, meskipun elektabilitas Prabowo masih tetap tinggi, namun ada kecenderungan terus menurun. Hal ini tentu bukan pertanda baik bagi Prabowo untuk dicalonkan menjadi capres pada Pilpres 2024," kata Jamiluddin.
Emak-Emak Kapok Dukung Prabowo
Disebut sebagai pendukung militan, emak-emak atau ibu-ibu yang sebelumnya loyal mendukung Prabowo di Pilpres 2019 mengaku kapok dan enggan mendukung kembali.
Salah satu mantan pendukung Prabowo yang tergabung dalam Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandi (PEPES), Ajeng, mengaku kapok lantaran merasa telah ditinggalkan begitu saja usai Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi.
"Saya secara pribadi sudah kapok dukung Prabowo, karena kecewa melihat Prabowo yang meninggalkan begitu saja pendukungnya di tengah jalan," kata Ajeng, Selasa, 12 Oktober.
Padahal, kata Ajeng, Prabowo dan Sandiaga dalam pidatonya pernah sesumbar akan berjuang sampai titik darah penghabisan, bahkan akan membuat surat wasiat.
"Untuk apa, dia menggebu-gebu pidato seperti di atas membakar semangat pendukungnya," ungkapnya.
Ajeng pun mengungkit perjuangan para pendukung Prabowo yang melakukan aksi di depan Bawaslu hingga ada yang hampir kehilangan nyawa kala momen Pilpres 2019. Prabowo, kata dia, seharusnya setia saja pada perjuangan untuk di luar pemerintahan.
"Kalau ujung-ujungnya dia bergabung ke koalisi, harusnya kan apa yang di-omongin sesuai dengan apa yang dilakukan, menjadi oposisi berjuang bersama rakyat," demikian Ajeng.
Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Analisa Pengamat: Pendukung Militan Prabowo Sudah Banyak yang Meninggalkannya
Selain , ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!