MEDAN - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menerima rekomendasi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, terkait penanganan pandemi COVID-19 kepada pemerintah. Selanjutnya, masukan tersebut akan dibawa ke dalam rapat pembahasan dan ditindaklanjuti.
Budi berharap FK Unair dan Fakultas Kesehatan Masyarakat bisa membantu Kemenkes dalam penanganan pandemi yang terbagi atas 4 kelompok. Pertama kelompok prokes, kedua, testing, tracing dan isolasi. Ketiga vaksinasi, dan keempat perawatan.
BACA JUGA:
4 Piliar Rekomendasi dari WHO
"Itu adalah empat pilar yang diminta WHO agar semua negara menjalankannya dengan seksama sehingga bisa mengendalikan pandemi. Dengan target replication ratenya 1 persen. Artinya satu orang menularkan ke tiga atau dua orang, bukan satu orang menularkan ke empat atau kelima seperti yang sekarang terjadi dengan varian Delta," ujar Budi dalam seminar gerakan aksi bersama serentak tanggulangi COVID-19 atau Gebrak COVID-19 yang diprakarsai Universitas Airlangga Surabaya, disiarkan secara daring, Jumat, 30 Juli.
Apabila angka tersebut sudah turun dibawah satu persen, kata Budi, artinya pandemi terkontrol. "Dan bagaimana menurunkan itu di angka satu, ya empat hal tadi. Karena itu, kami membutuhkan bantuan dari universitas Airlangga," katanya.
Lebih jauh, Budi menjelaskan, mengenai masukan di kelompok perawatan, Kemenkes melihat bahwa semua pandemi tak akan berakhir dengan cepat. Sebab, nantinya akan menjadi epidemi normal. Kondisi tersebut, akan terjadi jika memang pengobatannya baik.
"Fakultas Airlangga karena memiliki banyak ahli perawatan termasuk juga perawatan penyakit menular maupun juga paru, saya mohon kalau bisa bekerja sama dengan kami terapi apa yang memang memiliki kans untuk mengurangi fatalitas rumah sakit," ucap Budi.
Budi mengatakan, dirinya sudah meminta kepada wakil menteri kesehatan untuk membuat kelompok kerja khusus yang membahas mengenai terapi di rumah sakit. Dimana menghasilkan satu terapi yang mengurangi tingkat keparahan di RS.
Untuk kelompok kedua dari sisi vaksinasi, menurut Budi, Unair lah yang paling maju dalam melakukan research dan pengembangan vaksin Indonesia.
"Saya merasa harusnya kita bisa lebih membantu Unair dalam mengakselerasi membuat vaksin dan memproduksi vaksin. Karena ini yang maju dari Unair," katanya.
"Jadi saya mohon pilar kedua selain perawatan, adalah vaksinasi. Mohon ingatkan saya untuk bisa mendorong percepatan uji klinis dan juga percepatan dari kemungkinan produksi vaksin Indonesia ini," sambungnya.
Menurut Budi, kelemahan Indonesia dalam penanganan pandemi juga terletak di kelompok tracing, testing dan isolasi. "Ini merupakan kelemahan kita, vaksinasi sudah lumayan, tapi testing, tracing dan isolasi, kita masih belum atau dibawah rata rata negara yang baik," ungkapnya.
Dia berharap, kedepan bukan hanya untuk screening orang yang melakukan perjalanan, tapi 3T benar-benar harus dilakukan dengan dasar kaidah epidemologis untuk menginfiltrasi orang yang terkena COVID-19 dan dilakukan pelacakan.
"Disiplin melakukan testing, tracing seperti ini sangat jauh dari standar yang kita miliki," kata Budi.
Budi mengingatkan, bahwa vaksinasi adalah hal baik tapi bukan satu-satunya cara untuk menangani pandemi.
"Kita mesti kuat d tracing, testing isolasinya, juga kuat di protokol kesehatannya dan strategi perawatannya. Jadi empat pilar atau empat strategi utama yang disarankan oleh WHO harus dijalankan berbarengan," demikian Budi.
Artikel ini pernah tayang di VOI.ID dengan judul: Bukan Hanya Vaksinasi, Menkes Budi Sebut Ada 4 Pilar Penanganan Pandemi
Selain Penanganan Pandemi COVID-19, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!